Senin, 10 Juli 2017

filosofi blangkon


  
"blangkon iku sajinis panutup sirah kanggo wong priyo sing sejatine wujud modern lan praktis soko iket.iket digawe soko kain batik sing rodho dowo banjur dililitake miturut cara-cara lilitan tinentu neng sirah.lilitan kain iku kudu isa nutup kabeh sirah(ndhuwur kuping)."
Ya,blangkon adalah salah satu bagian dari pakaian adat khas jawa yang digunakan untuk penutup kepala bagi pria sebagai pelindung dari sengatan matahari atau udara dingin.awalnya terbuat dari kain iket atau udeng berbentuk persegi empat bujur sangkar,berukuran kurang lebih 105 cm x 105 cm.kain yang kemudian dilipay dua menjadi segitiga dan kemudian dililitkan dikepala dengan cara dan aturan tertentu. mengenakan iket dengan segala aturanya ternyata tidak mudah dan memakan waktu,maka timbullah gagasan seiring dengan kemajuan pemikiran orang dan seni untuk membuat penutup kepala yang lebih praktis,yang kemudian kita kenal dengan nama blangkon.
tidak ada catatan sejarah yang pasti akan asal muasal orang jawa memakai iket sebagai penutup kepala.iket telah tersebut dalam legenda aji saka,penciptatahun saka atau tahun jawa,sekitar 20 abad yang lalu dimana aji saka berhasil mengalahkan dewata cengkar hanya dengan menggelar kain penutup kepala yang kemudian dapat menutupi seluruh tanah jawa.selain itu,ada cerita-cerita bahwa iket adalah pengaruh budaya hindu dan islam .para pedagang dari gujarat yang keturunan arab selalu mengenakan sorban,kain panjang yang dililitkan dikepala,yang kemudian menginspirasi orang jawa memakai ikat kepala seperti mereka.cerita lain mengatakan,disatu waktu akibat peperangan kain menjadi barang yang sulit didapat sehingga petinggi keraton meminta seniman untuk menciptakan ikat kepala yang lebih efisien yaitu blangkon.
seorang ahli kebudayaan bernama becker yang meneliti tata cara pembuatan blangkon mengatakan,"that an object is useful,that it required virtuoso skill to make - neither of these precludes it from also thought beautiful.some craft generate from within their own tradition a feeling for beauty and with it appropriete aesthetic standards and common of taste",pada jaman dahulu,blangkon memang hanya dibuat oleh para seniman yang ahli dengan pakem(aturan)tentang iket. semakin memenuhi pakem yang diterapkan,maka blangkon tersebut akan semakin tinggi nilainya.
bagi orang jawa,kepala,rambut dan wajah adalah mahkota,bagian yang terpenting dan terhormat dari tubuh manusia,yang harus selalu dilindungi dan diperhatikan.kebanyakan orang jawa dahulu memanjangkan rambutnya tapi tidak membiarjannya tergerai acak-acakan.rambut biasanya digelung atau diikat dengan ikatan kain,yang saat ujung ikatan kain tersebut diikat dibelakang kepala bermakna filosofis berupa peringatan untuk mampu mengendalikan diri.pria jawajam,an dahulu hanya membiarkan rambutnya tergerai hanya saat brada dirumah atau dalam sebuah konflik,misal perang atau berkelahi.membuka ujung ikatan kain di belakang kepala(atay membuka tutup kepala)yang berakibat tergerainya rambut adalah bentuk terakhir luapan emosi yang tak tertahan.jadi iket atau blangkon adalah perwujudan pengendalian diri.
saat agama islam masuk ketanah jawa,blangkon dikaitkan dengan nilai transedental.dibagian belakang blangkon pasti ada 2 ujung kain yang terikat,yang satu ujung kain merupakan simbol dari syahadat tauhid dan satu ujung lain adalah syahadat raaul dan terikat menjadi satu bermakna menjadi syahadatain.setelah terikat,kemudian dipakai dikepala,dibagian yang bagi orang jawa adalah bagian terhormat,artinya syahadat harus ditempatkan paling atas.pemikiran apapun yang keluar dari kepala harus dilingkupi oleh sendi-sendi islam.
pada perkembangannya kemudian,blangkon yang awalnya menjadi pelindung kepala yang mempunyai nilai filosofis tinggi kemudia menjadi sebuah simbol atau identitas kelompok serta status sosial dari masyarakat penggunanya.hal ini ditandai denganadanya wiron,jabehan,kuncungan,corak dan ragam hiasnya.tetapi apapun itu,sebagai orang jawa tulen,bila anda tidak mampu mengendalikan emosi dan nafsu maka anda tidak berhak mengenakan iket blangkon dikepala!!
secara umum,ada dua jenis blangkon,yaitu yang mempunyai modolan(tonjolan)dan yang trepes(rata).pada awal iket dipergunakan sebagai orang tutup kepal,banyak pria jawa yang bereambut panjang sehingga harus digelung terlebih dahulu sebelum ditutup dengan iket.rambut dalam nilai filosofi orang jawa yang sudahdisebutkan diatas adalah representasi perasaan,rambut dibawah iket adalah perasaan yang disembunyikan,yang harus dijaga rapat-rapat,menjaga persaan sendiri demi menjaga perasaan orang lain.
sebagai bagian dari taktik devide et impera,VOC menengahi dan memanfaatkan konflik internal kerajaan mataram.setelah ditandatanganinya perjanjian gianti(1755)kesultanan mataram terbagi menjadi dua yaitu yogyakarta dan surakartamasyarakat dikedua daerah ini kemudian tumbuh dengan caranya sendiri-sendiri.salah satunya adalah pria jogya masih berambut panjang dan menggelung rambutnya,sementara pria surakarta karena lebihdekat dengan orang-orang belanda terlebih dahulu mengenal cara bercukur.walaupun kemudianorang mulai banyak berambut pendek dan menggunakan blangkon(tidak lagi iket)untuk sebuah pembedaan maka dibuatlah mondholan yang dapat ditemukan di jogja,sementara yang trepes ditemukan di solo.
sebenarnya ada banyak varian dari blangkon,yaitu:
1. kejawen.(meliputi daerah banyumas,bagelen,yogyakarta,surakarta,madiun,kediri,malang),dapat dibedakan lagi sekurang-kurangnya dua gaya,yakni solo dan yogyakarta.
a, gaya solo,dapat dibedakan lagi dengan gaya utara dan selatan.
b, gaya yogya,dapat dibedakan jenis lagi menurut wironnya,yakni mataraman dan iket krepyak.
2. pasundan.tidak selalu diartikan secara geografis,misalnya banten dan cirebon masuk kelompok pesisiran.blangkon atau bendo pasundan banyak persamaannya dengan gaya solo,namun dapat dibedakan melaui beberapa bentuk seperti :barangbangsemplak,sumedangan,wirahnasari dan lain-lain.
3. pesisiran.adalah daerah-daerah yang berlokasi dipantai utara pulau jawa dimana corak budayanya berbeda(penerapan motif batik)dengan daerah pedalaman.
4. lain-lain.disamping yang tidak disebutkan diatas masih disebutkan diatas masih terdapat corak atau gaya lain di pulau jawa seperti layaran(jawa timur,dari bangkalan),tengkulak(banten,cirebon,demak)dipakai oleh santri dan lain-lain.
jadi blangkon adalah sebuah representasi diri melalui tampilan depan yang rapi,sopan dan berseni(ditandai dengan wiru halus)dari sebuah pengendalian diri yang juga berbasis atas hubungan manusia dengan sang pencipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar